Di antara Bintang dan Fajar

Di antara Bintang dan Fajar


Malam yang terang. Suana semakin
menyenangkan, mulai meriah di acara
yang paling spesial untuk pemuda
yang bernama: Bintang.
"Bin, kenapa kau melamun?" Nita
menepuk punggungnya, "acaranya
sebentar lagi kelar."
"Sampai detik ini, Fajar belum
datang." Bintang termenung, "padahal
ini hari, sangat berharga untukku."
"Terus kamu akan berdiam diri
dikamar? Menelantarkan tamu yang
sudah lama menunggu."
"Baik aku akan kebawah."
"Selamat ulang tahun...."
Semua tamu yang hadir merayakan
acara itu. Hening pun berubah
menjadi kegembiraan.
****
"Ka Fajar saya ingin, ka Fajar ikut ke
acara festival dongeng malam ini."
tukas salah satu murid di Tambaja
(Taman baca jalanan).
"Kan ada ka Gina." ucap Bintang.
Gina mengernyitkan dahi. Seakan
pasrah dengan situasi saat itu, yang
semakin menyulitkan pemuda itu.
Padahal tepat hari itu, ada acara
penting yaitu datang ke ulang tahun
sahabatnya.

"Iya ka, iya ka. Pokoknya kalau kaka
gak ikut kami gak mau datang ."
"Iya kaka ikut kalian."
"Hore." sorak murid-muridnya.
****
Dua sahabat, saat malam ini
menjalani masing-masing sebuah
moment. Yang tanpa sadar Bintang
menaruh dendam, setelah Fajar tidak
menghadiri acaranya.
Rutinitas di kampus tampak berbeda.
Yang tadinya mereka berdua dekat,
kini berubah. Seiring sikap Bintang
yang dingin terhadap fajar.
"Miskin belagu." papar Bintang
Mereka berpapasan di kantin.
"Bukankah itu teman lo, Bin." jelas
Anton temanya
"Musuh."
Setelah ke kantin, Fajar dan Adiknya:
Aldi bergegas meninggalkan Bintang.
Tapi tiba-tiba Fajar terjatuh. Setelah
di senggol Bintang.
"Heh, bangsat apa-apan lo."
"Udah, dik. Dia teman dekatku."
"Kalau kaka gue gak nyuruh, habis
lo."
****
Hari demi hari, hubungan dua
sahabat itu semkin memburuk. Tak
sedikit pun kelihatanya untuk
mempereda keadaan tersebut.
Bahkan sikap Bintang kian menjadi-
jadi.

"Ini belum seberapa." kata Bintang
"Bin, gila kamu mau apa kamu?!"
tanya Nita pacarnya
Namun apa yang terjadi, mobil BMW
malah melaju lebih cepat
dikemudikanya menuju Fajar saat
berjalan kaki menuju rumahnya.
Darah tercecer di kepala Fajar. masa
mengejar mobil Bintang. Teriak masa,
"Berhenti! Berhent!" Belum dua meter
melaju, 'prang' mobil terkena batu
yang dilempar masa.
Sekejap mobil itu berhenti dan
dikerumuni masa.
"Woy. Turun! Turun! Turun!"
Seketika itu Bintang dihakimi masa.
"Jangan pak, pak jangan. Stop. Ehhh
dia sahabatku!" Seru Fajar pelan.
Fajar sambil lirih menahan luka dari
darah yang terus keluar dari dalam
kepalanya.

"Stop! Tak ada guna menghakiminya
yang tidak tahu malu, Pak. Lebih baik
tolong kaka gue. Ini lihat darah!
Darah! Darah!" Teriak Aldi.
Sudah seminggu Fajar koma. Anak-
Anak Tambaja terus menangis
didampingi Gina.
"Kaka kapan ka Fajar sembuh?"
Tanya anak Tambaja
"Iya ka Gina, saya kangen cerita
dongeng ka Fajar."
"Udah jangan nangis dong, lebih baik
kita doakan ka Fajar, ya." tutur Gina
pada murid-muridnya.
"Ya Allah, sembuhkanlah ka Fajar...."

****
Sebulan kemudian kondisi Fajar
berangsur membaik. Sementara
Bintang meringkuk di penjara.
Situasi dalam sel semakin membuat
psikisnya terganggu dan memburuk.
Bahkan acap kali mencoba bunuh
diri. Namun petugas lapas dengan
sigap mengetahui hal tersebut.
"Sekarang kamu sudah sembuh Jar!"
sapa Gina
"Alhamdulillah. Tapi siapa yang
bayarin?" tanya Fajar.
"Saya mendapatkan kontak orang
Bintang yang sedang berada di Tokyo
dari BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa). Lalu saya ceritakan
semua." Terang Gina.
"Ajak anak-anak, kita jenguk Bintang!"
seru Fajar
"Ngapain, Gak kapok?" Bintang
nabrak, orang tuanya bantu. Impas
kan!" tukas Aldi.
"Kau gak tahu apa-apa. Kau mau ikut
atau engga terserah! Ayo Na kita ke
lapas!" ajak Fajar
Gina mendorong kursi roda bersama
anak-anak Tambaja ke penjara tempat
Bintang di tahan.

****
"Oh, anda korban yang di tabrak
Bintang!" Petugas mudah
mengidentifikasi.
"Benar. Saya sahabatnya Bintang."
"Kebetulan akhir-akhir ini, tersangka
sering melakukan percobaan bunuh
diri."
"Oh, iya boleh saya menjenguknya
sekarang, Pak? Gin bawa anak-anak
jalan-jalan di sekitar ini. Biar saya
bersama Aldi malihatnya." Lontar
Fajar.

Kedua Pengasuh Tmbaja itu
berpisah.
"Sodara Bintang apa yang kau
lakukan?" tanya Polisi
"Bintang, Cukup! Hentikan Bintang!"
cegah Fajar, "dengan membentur-
benturkn kepala, lantas akan
mengembalikan semuanya? Kau di
penjara malah mau mati. Lihat saya!
Lihat! Sobat."

"Saat senang, malah menjauh. Ketika
terpuruk, membuat teguh. Dibilang
musuh, mengatakan teman dekat.
Kusakiti, kau nyatakan sahabat.
Maafkan aku!" Bintang menangis,
"kau itu kah sobat."
"Tidak ada orang yang benar-benar
baik di dunia sekarang ini. Yang ada
hanyalah kepentingan. Tugas kita
selanjutnya meminimalisir
pertengkaran akibat kepentingan."
ujar Fajar.
Kedua sahabat itu saling memaafkan.
Sementara Nita pacarnya pindah ke
Moskow. Menyusul orang tuanya.
Sebab dicemooh seluruh mahasiswa
di kampus.


Oleh: Reza





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top